Setelah memasuki Kecamatan Pangkalan Susu, tinggal berjalan kaki saja untuk masuk ke daerah pelabuhan melalui perempatan Gohor Lama. Di sana tersedia boat yang seperti sampan menggunakan baling-baling dan speed boat.
Bila menaiki boat, jalur yang ditempuh adalah menuju Pulau Sembilan dan kemudian berakhir di Pulau Kampai. Sedangkan speed boat akan melalui rute yang berawal di Pulau Sembilan menuju Pulau Kampai dan berhenti di Pantai Beraweh (Saya dan teman-teman saya menggunakan boat). Transportasi boat dibuka pukul 13.00-16.00. Tapi hari Minggu biasanya sampai pukul 17.00. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju Pulau Kampai lebih kurang 45 Menit dengan menggunakan boat (Rp10.000/orang). Melewati Pulau Sembilan, kita akan merasakan sejuknya angin laut dan indahnya pemandangan pantai yang tidak akan ditemui di Medan. Setiba di Pulau Kampai, awalnya kita mungkin akan merasa asing dan canggung untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal. Tidak perlu merasa segan, karena masyarakat di sana bersikap ramah dan menghargai pengunjung yang datang.
Setiba di Pulau Kampai, kami disambut dengan sebuah gapura bertuliskan "Selamat Datang di Pulau Kampai". Ketika melewati gapura tersebut, kami tidak menyangka kalau di sana sudah ada Sekolah Dasar dan lapangan bola tepat di depan mata.
Pulau Kampai seluas 700 hektar yang terdiri dari tujuh dusun ini dihuni oleh 1200 Kepala keluarga (KK). Saat ini, jumlah penduduknya kurang lebih ada 4200 jiwa. Suku yang tinggal di sana beragam; ada Jawa, Aceh, Melayu, perantau dari Malaysia dan Karo. Warga Tionghoa juga ada walaupun sekarang hanya tinggal 2 KK. Pekerjaan masyarakat di sana adalah petani dan nelayan.
Di samping penghasil terasi, Pulau Kampai juga terkenal akan kuburan keramat panjang, kuburan Mas Merah dengan legendanya dan Pantai Pasir Putih.
Bila ingin mengunjungi kuburan keramat panjang, kita tinggal berjalan kaki kira-kira 300 meter. Di sini kita akan terheran-heran dengan kuburan yang panjangnya kurang lebih 6 meter dan yang satunya lagi 4 meter. Di kedua nisan kuburan ini tidak tertulis nama-nama orang yang meninggal.
Hingga saat ini, kuburan keramat panjang sering dikunjungi masyarakat sekitar dan pendatang semata-mata untuk berdoa memanjatkan permohonan. Untuk itu biasanya seekor kambing dilepas agar doa kelak dapat terkabul.
Untuk melanjutkan perjalanan menuju daerah Pantai Beraweh, jarak yang ditempuh lebih kurang satu kilometer.
Saya dan teman-teman saya lebih banyak menghabiskan waktu di Pantai Beraweh. Disana kami mencari remis (kepah), bermain air, bersepeda, dan makan siang di tepi pantai. Pengunjung yang datang tidak hanya masyarakat sekitar. Ada yang berasal dari Pangkalan Susu, Brandan dan kebanyakan masyarakat Aceh Timur. Untuk menuju tempat ini ada getek sebagai alat transportasi untuk
Selama tiga hari, kami banyak menghabiskan waktu mengelilingi Pulau Kampai, satu hari dengan menggunakan sepeda motor (punya paman teman saya), dan 2 hari dengan berjalan kaki menuju pantai dan menaiki bukit. Kalau dihitung-hitung satu hari kami bisa
berjalan kaki hingga 3 km. Setiap hari wajib ke Pantai Beraweh, kalau dengan berja
lan kaki bisa memakan waktu 1 jam (sekitar 1 Km). Kami juga jalan-jalan ke persawahan milik paman teman kami itu dengan menggunakan jetor. Tidak peduli kulit gosong terkena matahari daerah pinggiran pantai, suasana pedesaan sangat menyenangkan, membuat kami lupa apa itu rasanya lelah. Sangat menyenangkan.